Ada, tentu ada. Karena cinta, maka remaja pacaran. Karena pacaran maka mereka berzina. Memang berpacaran tidak selalu berarti seks, namun buktinya sebagian besar mengartikan pacaran dengan melakukan hubungan seks. Cinta yang muncul dengan hubungan seks diluar nikah sifatnya semu. Mengandalkan hubungan yang sifatnya semu tentu saja sangatlah lemah. Pacaran yang berorientasi pada seks akan mengganggu proses adaptasi karena dalam kancah seks semuanya tampak bagus-bagus saja. Kedua pihak sama-sama memelihara yang manis-manis saja.
Dalam persoalan ini, lelaki biasanya lebih agresif. Ibaratnya lelaki lebih menancap gas dan telat menginjak rem, sedangkan perempuan biasanya masih bisa sadar dan masih ingat daratan ketika sang pacar sudah mulai lupa daratan. Meski dituntut mengendalikan diri, namun dalam kondisi serba boleh seperti itu pengendalian hampir mustahil dilakukan.Islam sudah memperingatkan laki-laki dan wanita yang bukan mahram untuk tidak menyepi berduaan karena yang ketiganya adalah syaitan.
Rasulullah bersabda:
" Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan." (Riwayat Ahmad)
BERUJUNG ABORSI...!!!!!!!!!!!!!!!!!
Ijinkan saya menyisipkan sedikit hal tentang aborsi sebagai salah satu fenomena lanjutan dari pacaran. Sebuah upaya menggugurkan kandungan yang sebagian besar dilakukan dengan alasan menutupi aib hubungan pacaran. Data menyebutkan angka yang fantastis untuk kelas Indonesia, seperti disebutkan koran suara Pikiran Rakyat, pengguguran kandungan (aborsi) di Indonesia tercatat sebanyak 2,3 juta kasus setiap tahun. Dari jumlah itu, sekira 15% sampai 30% dilakukan oleh remaja dan menjadi penyebab tingginya angka kematian ibu (AKI). Hal ini dikemukakan ginekolog dan konsultan seks dr.Boyke Dian Nugrahih a, Sp.OG.,MARS. Selain itu, dokter ini juga menyebutkan bahwa kasus HIV/AIDS di Indonesia sudah lebih dari 2.000 orang. Bahkan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, jumlahnya lebih banyak 150 kali dari data yang ada sehingga kasus HIV/AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai 300.000 orang.
Abortus adalah salah satu penyumbang cukup besar terhadap kematian ibu di Indonesia. Angkanya mencapai 11,1%, demikian dilaporkan Sensus Kesehatan Rumah Tangga (SKRT 1995). Di dunia, angka abortus diperkirakan mencapai 46 juta kasus atau seperempat dari sekitar 180 juta kehamilan (Henshaw et.al, 1999). Artinya, 35 dari setiap 1000 perempuan usia 15-44 tahun mengalami atau melakukan aborsi setiap tahun. Di Indonesia, jumlahnya 2,5 juta kasus.
Angka aborsi yang tinggi tersebut sudah barang tentu sangat memprihatinkan. Perlu dicari cara yang tepat untuk menekan atau mengendalikan angka aborsi. Tetapi bagaimana caranya? Apakah pelarangan aborsi merupakan solusi? Bukankah negara sudah mengambil posisi hukum yang sangat restriktif terhadap praktik aborsi?
Diperkirakan angka aborsi di Indonesia 2,3 juta setahun. Dari jumlah itu sekitar 15-40 persen tidak dilakukan secara profesional sehingga mengakibatkan kematian.
Hasil study yang dilakukan di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia tahun lalu menyimpulkan, angka kejadian aborsi mencapai 2 jutah setahun. Ini berarti 37 aborsi terjadi pada setiap 1.000 wanita berusia 15-49, atau 43 aborsi per 100 kelahiran hidup, atau lebih dari 30% dari kehamilan.
PENGAKUAN SEORANG DOKTER ABORSI
Oleh: dr.Bernard Nathanson
Saya pribadi bertanggung jawab atas 75.000 aborsi. Hal ini membuat saya memiliki kredit tersendiri untuk berbicara dengan anda dalam kasus aborsi. Saya termasuk salah satu pendiri National Association for the Repeal of the Abortion Laws (NARAL-Asosiasi Nasional untuk Pencabutan Hukum Aborsi) yang didirikan di Amerika Serikat tahun 1968. Pengumpulan pendapat masyarakat mengatakan kalau kebanyakan masyarakat Amerika menentang aborsi yang dilegalkan. Tetapi dalam waktu 5 tahun, kami NARAL berhasil meyakinkan Pengadilan Tinggi Amerika Serikat untuk mengeluarkan keputusan melegalkan
aborsi di seluruh Amerika pada tahun 1973 dan boleh melakukan praktek aborsi setiap saat hingga kelahiran si bayi. Bagaimana hal ini bisa terjadi?? Sangat penting untuk dipahami, ini semua terjadi dengan taktik-taktik jitu yang telah digunakan dunia barat dengan mengubah statistik atau apa pun, supaya hukum aborsi dapat diubah.
Taktik Pertama adalah merangkul media massa
Kami meyakinkan media massa bahwa aborsi yang dilegalkan adalah suatu kebebasan yang meringankan, sesuatu yang canggih. Kami tahu, jika dilakukan jajak pendapat, kami akan kalah, maka kami membuat angka-angka hasil jajak pendapat palsu. Kami katakan kalau kami telah melakukan pengumpulan pendapat dan hasilnya 60% dari masyarakat Amerika setuju dengan aborsi legal. Ini taktik menutup kebohongan diri sendiri. Sedikit orang yang mencoba melawan kami. Kami mendapat simpati sebagian masyarakat dam berhasil menjual program aborsi legal dengan memberikan data palsu tentang aborsi ilegal setiap tahun di Amerika Serikat. Angka sebenarnya hanya 100.000 kasus, tetapi angka itu kami ganti menjadi 1.000.000 dan kami berikan pada media. Mengulang-ulang kebohongan sering menjadi sesuatu yang meyakinkan masyarakat. Angka wanita yang meninggal karena aborsi ilagal sebenarnya hanya 200-250 per tahunnya, tetapi kami mengatakan 10.000 jiwa pertahun. Angka-angka palsu ini terus menerus kami berikan sehingga masyarakat yakin untuk menyokong hukum aborsi legal. Cerita lain yang kami sodorkan pada media massa adalah bahwa dengan diberlakukannya aborsi yang legal, maka mereka yang menjalani aborsi ilegal kini menjadi legal. Yang terjadi, aborsi kini juga dipakai sebagai salah satu metode keluarga berencana di Amerika Serikat dan angka aborsi pertahunnya kini meningkat menjadi 1500% sejak diberlakukannya hukum aborsi legal.
Taktik Kedua adalah memainkan kartu gereja katolik
Kami selalu menjelek-jelekkan Gereja Katolik dan ''ide-ide sosial" mereka. Kami malah memfitnah petinggi Gereja Katolik sebagai penjahat penentang aborsi. Taktik ini kami mainkan terus menerus. Kami terus memberikan kebohongan pada media massa, kami katakan bahwa, kita semua tahu yang menentang aborsi adalah para peti Gereja Katolik, bukan umat Katolik itu sendiri. Kami katakan juga bahwa jajak pendapat membuktikan bahwa kebanyakan umat katolik menginginkan aborsi yang legal. Lalu media terus menerus mendengungkan hal ini pada masyarakat AS, mengatakan bahwa mereka yang menentang aborsi pastilah dibawah pengaruh petinggi Gereja Katolik dan bahwa Gereja Katolik dalam hal aborsi sebenarnya memberikan penerangan jelas dan maju kedepan. Kesimpulan dari taktik ini adalah tidak ada satu grup non-katolik pun yang menentang aborsi. Kenyataan yang sebenarnya, ummat kristen dan non-kristen pun menentang (hingga kini) aborsi. Tetapi suara-suara mereka ditekan, juga suara mereka yang tidak mengakui Tuhan tetapi mencintai kehidupan.
Taktik Ketiga adalah menyangkal dan menekan bukti-bukti ilmiah yang mengatakan kehidupan dimulai sesaat setelah pembuahan terjadi
Banyak yang bertanya, "Apa yang membuat anda berubah pikiran?" Bagaimana saya berubah dari seorang yang betul-betul pro-aborsi menjadi pejuang pro kehidupan? Tahun 1973, saya menjadi direktur Obstetrik di sebuah rumah sakit besar di New York City. Saya harus membangun unit riset pre-natal untuk memulai teknologi baru yang memungkinkan kita untuk setiap harinya mempelajari janin dalam kandungan. Taktik favorit seorang pro-aborsi adalah mengatakan bahwa kita tidak mengetahui kapan kehidupan terjadi, pertanyaan ini adalah sebuah pertanyaan teologi atau moral atau filosofi, atau apa saja, tetapi bukan sebuah pertanyaan ilmu pengetahuan. Ilmu tentang janin (foetology) membuat penyangkalan-penyangkalan di atas tak terbukti. Memang benar, kehidupan dimulai sesaat setelah terjadinya pembuahan. Kehidupan baru ini membutuhkan perlindungan dan pengawalan yang dinikmati oleh kita semua. Pasti anda bertanya kenapa masih banyak dokter di AS yang ikut membangun Foetology masih saja melakukan aborsi? Ini pertanyaan aritmatika. Dengan US$ 300 kali aborsi, 1,55 juta kasus aborsi berarti kira-kira US$ 500.000.000 per tahun, yang hampir keseluruhannya masuk kedalam kantung si dokter-bukankah ini sebuah industri besar? Sudah jelas bahwa aborsi sebenarnya penghancuran secara sengaja sebuah kehidupan manusia.Tindakan kejahatan yang kejam. Memang, kehamilan yang tidak direncanakan adalah sebuah dilema yang sulit, tetapi untuk mencari jalan keluar terbaik dengan cara aborsi adalah sama dengan menghancurkan kepintaran manusia, dan menyerah pada pandangan umum yang sempit untuk menjawab masalah sosial.
Sebagai seorang ilmuwan saya tahu bahwa kehidupan dimulai pada saat terjadinya pembuahan. Meskipun saya bukanlah seorang pemeluk agama, tetapi saya percaya sepenuh hati bahwa memang ada kekuasaan Sang Pencipta yang menuntun kita untuk mengakhiri dan berbalik dari kejahatan yang sangat memalukan dan menyedihkan terhadap ummat manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar