Beraninya cuma "Pacaran", giliran "Menikah" ogah-ogahan
"Hebat kamu!" kata seorang pada Ahmad. Ahmad adalah seorang anak muda yang sudah berani menikah.
"Kenapa?" Ahmad bertanya.
"Kamu masih muda, tapi kamu sudah berani menikah. Sedangkan aku, aku sebenarnya sangat pengen menikah, tapi aku takut. Aku sangat ingin memiliki orang yang sangat dekat di hati yang memperhatikan aku dan menyayangi aku, tapi aku tidak ingin menikah tergesa-gesa. Disamping karena aku takut terlalu banyak pekerjaan dan tanggung jawab, aku hanya ingin bersenang-senang saja. Lagian kalau cuman urusan cinta dan mencintai kenapa harus menikah?! Bukankah pacaran lebih enak. Nggak ada ikatan ga da tanggung jawab, nggak ada serius-seriusan, pokoknya sama2 senang. Tapi kamu hebat, ku akui kamu hebat"
Aku nggak punya keberanian seperti kamu. Menurutku menikah terlalu banyak konsekuensi dan terlalu sakral. Aku ga bisa memiliki banyak teman wanita yang aku cintai. Kalau pacaran aku masih bisa bebas mencintai siapapun dan bisa mutusin pacar kapan pun. Beda kan kalau aku menikah. Kalau aku mutusin istri aku harus melakukan tahapan-tahapan peradilan yang bertele-tele. Ugh! ga kebayang repotnya. Belum lagi kalau nanti menikah muda dan memiliki anak. Repot sekali man..! Kita ga bisa bebas kemana-mana. Kalau pacaran lebih enak, kalau kita akhirnya melakukan hubungan, kita bisa putusin dia atau nyuruh di nggugurin. Dosa sich tapi mau gimana lagi.
**
Inilah salah satu kelemahan para pelaku pacaran. Mereka terbukti tidak cukup berani mengambil keputusan menikah. Mereka hanya berani memacari tapi tidak untuk menikahi. Kalau berpacaran semangatnya luar biasa. Namun ketika dimintai komitmen menikah, seribu satu pertimbangan dikeluarkan. Kenapa? Kenapa siap mencintai dan memacari kalau tidak siap menikahi? Lalu untuk apakah pacaran? Apakah hanya untuk having fun?
Kalau begini jadinya wanitalah yang paling dirugikan...paling dirugikan...
(Di ambil dari buku berjudul "Ijinkan Aku Menikah Tanpa Pacaran" Burhan Sodiq)
2 komentar:
saya tidak sepakat, ketika persepsi tersebut harus dipukul rata.
karena, berpacaran dalam konteks apa dulu?(nilai/niat)
walaupun dalam realita nya memang banyak generasi bangsa yang harus terjerumus dalam pemikiran yang pragmatis. tapi saya kira ada juga sisi positifnya dari berpacaran. tentunya dengan mempertimbangkan nilai- nilai dan norma- norma yang ada. karena, dengan adanya seseorang yang kita sayangi atau "kekasih", menjadikan kita berfikir menjadi lebih dewasa, menjadi rem ketika kita menyimpang dari rel, memotivatori kita, dan banyak yang lainnya.
saya mencoba mengupas dari pandangan agama,,terutama agama islam... karena menurut yang saya tahu tidak ada alasan yang membenarkan kalau pacaran itu dibolehkan dalam islam..
Islam telah mengatur segala sesuatunya termasuk dalam hal hubungan antara laki2 dan perempuan yg bukan mahramnya.. InsyaAllah nanti saya postingkan bab tersebut dalam blog ini.
Memang benar pandapat anda..pacaran ada segi positifnya,tapi yang jadi masalah,,,zaman sekarang antara nilai positif dan negatifnya,lebih banyak negatifnya.
Terima kasih untuk sran dan pendapatnya,,,semoga bisa menjadi pembelajaran bersama...
Posting Komentar